Sunday, July 12, 2015

Douluo Dalu - Chapter 001 - Part 02

|| Terjemahan manual dari: Blue Silver Translation ||
 
Book 01 - Benua Douluo

Benua Douluo, Tang San di Dunia Lain ----------------------------------------------------------------------------------------------------

[ Part 02 ]

Catatan Rahasia Mysterious Heaven hanya menjelaskan enam jenis ilmu bela diri, dipisahkan menjadi:
  • Teknik kekuatan tenaga dalam: ilmu Mysterious Heaven 
  • Teknik latihan tangan: Mysterious Jade Hand 
  • Teknik mengolah energi pandangan mata: Purple Demon Eyes
  • Teknik mencengkeram dan menangkap: Controlling Crane Capturing Dragon 
  • Teknik meringankan tubuh [Qian Gong]: Ghost Shadow Preplexing Track
  • Teknik penggunaan senjata rahasia: Hidden Weapons Hundred Separation.

Lima teknik yang pertama merupakan dasar, tanpa pondasi yang kuat, bagaimana seseorang dapat mengeluarkan intisari senjata rahasia dari Sekte Tang?

Memulai latihan ilmu Mysterious Heaven sejak usia satu tahun, Tang San sekarang sudah hampir berumur enam tahun dan masih membuat pondasi.

Keluarga Tang San tinggal di bagian barat Desa Holy Spirit, di sebelah kepala desa. Rumah bata dengan tiga kamar, bisa dikatakan merupakan rumah terburuk di seluruh desa, memiliki papan kayu dengan diameter satu meter terpasang di depan pintu, bergambar sebuah palu martil. Palu martil di dunia ini merupakan simbol yang diakui luas dari seorang pandai besi.

Memang benar, ayah Tang San, Tang Hao adahalh seorang pandai besi, satu-satunya pandai besi di desa.

Di dunia ini, pandai besi bisa dikatakan adalah profesi paling rendah, karena suatu alasan, semua senjata terbaik di dunia ini tidak dibuat oleh para pandai besi.

Meskipun demikian, menjadi satu-satunya pandai besi yang ahli di desa, aslinya keluarga Tang San tidak seharusnya semiskin ini, hanya saja, sedikit pendapatan yang diterima sebagian besar dihabiskan untuk ....

Memasuki rumahnya, Tang San sudah mencium bau harumnya nasi, bukannya Tang Hao yang membuat sarapan itu, tapi justru dia yang membuat sarapan buat Tang Hao.

Sejak umur empat tahun, sebelum Tang San cukup tinggi untuk meraih meja dapur, memasak sudah menjadi tugas hariannya. Meskipun ia harus berdiri di atas sebuah bangku supaya dapat mencapai bagian atas dari meja dapur.

Hal itu bukan karena Tang Hao yang menyuruhnya, tetapi karena jika ia tidak melakukan itu, maka praktis Tang San tak akan pernah makan kenyang.

Sampai di depan meja dapur, berdiri di atas bangku kayu, membuka tutup dari belanga masak besar dari besi, bau harum nasi segera menguar keluar, bubur di belanga sudah masak beberapa lama.

Setiap hari sebelum ia naik ke bukit, Tang San sudah memastikan untuk menaruh beras di belanga untuk dimasak dan menyiapkan kayu bakar, sehingga saat ia kembali, bubur sudah masak.

Mengambil dua mangkuk usang, yang ada lebih dari sepuluh gumpilan di ujungnya, Tang San dengan hati-hati menyendok bubur ke dalam dua mangkuk itu, kemudian menaruhnya di meja di belakangnya. Jumlah beras yang digunakan untuk membuat bubur dapat dihitung oleh mata, dan untuk Tang San yang tubuhnya masih dalam pertumbuhan, nutrisi yang sedikit ini tentu saja tidak cukup, ini juga alasannya mengapa tubuhnya kurus seperti seutas benang.

"Ayah, makanan." Tang San memanggilnya.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar dalam terbuka, dan sesosok besar orang muncul dengan terhuyung saat melangkah keluar.

Orang itu separuh baya, penampilannya terlihat mendekati lima puluhan tahun. Tubuhnya terlihat sangat besar dan gagah, meskipun orang tak akan memuji caranya berpakaian.

Pakaian usang dipenuhi banyak lubang, hanya beberapa saja penuh tambalan, menampakkan kulit berwarna kecoklatan seperti perunggu, aslinya wajahnya bisa dibilang cukup lumayan, tapi sekarang ditutupi oleh selapis warna pucat, sepasang mata mengantuk dan sikapnya yang linglung, rambut acak-acakan yang terlihat seperti sarang burung, berewok yang entah berapa lama tidak pernah dicukur. Matanya muram dan tak ada kehidupan, meskipun malam sudah berlalu tapi bau alkohol masih melekat di badannya, tapi Tang San sama sekali tak mengerutkan keningnya.

Dia adalah Tang Hao, ayah Tang San di dunia ini.

Saat ia bertambah besar, Tang San tak pernah merasakan apa yang disebut kasih sayang orangtua. Cara Tang Hao memperlakukannya selalu sama tak peduli apapun, tegas dari awal, meskipun dia tahu bagaimana memasak sedikit makanan untuknya, tapi dengan berlangsungnya waktu, tepat setelah Tang San mulai mengambil inisiatif untuk memasak sendiri, Tang Hao semakin lama menjadi sama sekali tak peduli akan apapun. Dengan cara ini maka rumah mereka menjadi sangat miskin sehingga mereka sama sekali tidak punya peralatan rumah tangga yang layak, makanan juga menjadi masalah, terutama disebabkan Tang Hao menghabiskan pendapatannya dari pandai besi untuk membeli alkohol.

Sementara Tang San masih seorang anak kecil yang bertumbuh besar, ayahnya juga masih berumur sekitar tiga puluh tahun, menikah bahkan sebelum tiga puluh tahun, tapi Tang Hao bisa dibandingkan dengan orang yang lebih tua, ia banyak menyerupai kakek Tang San.

Tanpa mempedulikan tingkah Tang Hao, Tang Sao sama sekali tak menyesalinya. Di kehidupan sebelumnya, ia seorang yatim piatu. Di hidupnya yang sekarang, meskipun Tang Hao memperlakukannya tidak cukup baik, tapi paling tidak ia masih punya keluarga. Bagi Tang San ini sudah membuatnya merasa puas. Pada akhirnya ada orang yang bisa dipanggilnya ayah.

Tang Hao meraih mangkok dari meja, tak peduli dengan panasnya, dan dengan satu tegukan besar menuangkan semua bubur dalam mangkok ke dalam perutnya. Wajahnya yang pucat tampak memperoleh sedikit warna.

"Dad, pelan-pelan saja, itu masih panas."

Tang San mengambil mangkok dari tangan ayahnya dan memenuhinya kembali dengan bubur. Ia juga mengambil mangkoknya sendiri.

Di Sekte Tang, ia tak pernah bisa pergi dan sangat jarang mengadakan kontak dengan persoalan luar sekte. Bisa dikatakan kalau ia seperti sebuah buku kosong, sampai di dunia ini ia menjadi seorang anak kecil lagi, dan juga ia tak memiliki apa-apa yang mana tak bisa ia terima.

Dengan cepat, sebelanga bubur dengan ukuran tujuh delapan mangkok masuk ke perut Tang Hao. Menghembuskan napas, ia menaruh mangkok di atas meja. Kelopak matanya yang setengah terpejam terbuka, memandang pada Tang San.

"Kau teruskan dengan pekerjaanmu sendiri, aku akan bekerja saat sore. Aku akan tidur beberapa saat."

Kebiasaan Tang Hao bekerja dan beristirahat memiliki pola yang tetap, tidur di pagi hari, membuat beberapa peralatan tani di sore hari, mendapatkan penghasilan, dan minum-minum di malam hari.

"Ok, yah" Tang San mengangguk.

Tang Hao berdiri. Setelah makan beberapa mangkok bubur, ia tak lagi berjalan terhuyung, dan berjalan masuk ke kamar dalam.

"Yah." Tang San tiba-tiba memanggilnya.

Tang Hao berhenti, menolehkan kepala untuk memandangnya, alisnya jelas menunjukkan sedikit ketidaksabaran.

Tang San menunjuk ke pojok di mana gumpalan besi kasar hitam bersinar, "Gumpalan besi ini, bisakah kau memberikannya padaku untuk kugunakan?"

Di kehidupan sebelumnya, ia adalah murid Sekte Tang Bagian Luar yang paling menonjol, ia paling mengenal pembuatan setiap macam senjata rahasia. Tentu saja, saat itu semua macam material disuplai oleh Sekte Tang. Tapi di dunia baru ini, meskipun ia berlatih beberapa tahun, kekuatannya masih belum cukup sampai sekarang. Lebih jauh lagi, ia tak pernah berencana untuk melupakan pembuatan senjata rahasia paling maju, sekarang ini ia sudah mencoba untuk menempa beerapa senjata rahasia, tapi menemukan material yang cukup menjadi masalah besar baginya.

Tang Hao menempa peralatan tani dari logam yang ia terima dari penduduk desa. Semuanya tidak murni, hanyalah besi biasa. Sangat sulit menggunakannya untuk membuat senjata rahasia dengan kualitas tinggi. Bongkahan besi kasar yang ditunjuk oleh Tang San saat ini, baru saja dikirim kemarin, telah membuat Tang San tercengang, gumpalan bijih besi ini ternyata mengandung inti besi, yang mana sangat cocok untuk membuat senjata rahasia.

Pandangan Tang Hao beralih pada besi kasar itu.

"Huh? Bukankah ini besi halus?"

Berjalan mendekat untuk menelitinya, ia menoleh pada Tang San, "Kau ingin menjadi seorang pandai besi?"

Bersambung ...

No comments:

Post a Comment

No Spoiler. No Rude Speech.